Sucinya jilatan Kucing

Kucing adalah binatang yang terbiasa hidup berdampingan dengan manusia. Selain Jinak, mereka juga binatang yang lucu dan menggemaskan sehingga menjadi pilihan banyak orang untuk dipelihara dan menjadi penjaga rumah yang baik.

Karena kedekatannya dengan manusia, hal ini membuat kucing terkadang minum diwadah yang biasa digunakan manusia untuk bersuci atau berwudhu. Lantas apakah status air tersebut berubah menjadi najis karena jilatan kucing?

Dalam sebuah hadist dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu dijelaskan:

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ-فِي اَلْهِرَّةِ-: – إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ, إِنَّمَا هِيَ مِنْ اَلطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ – أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ. وَابْنُ خُزَيْمَةَ

Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda perihal kucing bahwa kucing itu tidaklah najis, ia termasuk hewan yang berkeliaran di sekitar kalian. (HR. Abu Daud)

Faedah hadits

1. Hadits ini menunjukkan bahwa mulut kucing itu suci.
2. Bekas makan dan minum kucing itu suci.
3. Berwudhu dari bekas minum kucing itu sah.
4. Seluruh tubuh kucing itu suci, kecuali untuk kotoran dan kencingnya tetap dihukumi najis sebagaimana hewan yang haram dimakan lainnya.
5. Setiap hewan yang biasa berkeliaran di tengah manusia dan sulit dihindari keberadaannya, maka dihukumi suci.